: teman-teman di Lingkar Sastra Tarbiyah
Sebuah Pena bertanya pada Selembar Kertas,
“menurutmu, apa makna keberadaanku di dunia?”
Selembar Kertas yang sejak tadi termangu
kemudian terkesiap. kaget ia mendengar
Sebuah Pena bisa berbicara. jawab Selembar
Kertas, “kamu baru bermakna bila ada manusia
yang menggenggammu, lantas mengawinkan kita.
ya, kamu pena dan aku kertasnya. layaknya
suami-istri saja.”
mendengar itu, Sebuah Pena hanya diam.
“lho, kenapa kamu jadi terpekur begitu?” tanya
Selembar Kertas. “tidak. aku hanya merenung.
ternyata, telah lama tak ada manusia yang mau
menggenggamku. terakhir kali, yang kuingat,
hanya ada Edy, Jamal dan Djaya yang bersemangat
menggerak-gerakkan badanku,” timpal Sebuah Pena.
tiba-tiba dari arah yang tak disangka,
berlarian sekumpulan orang muda, datang
bergerombolan dan cerah-ceria wajah mereka.
dengan membabi buta, mereka berebutan menggenggam
Sebuah Pena. salah seorang dari mereka berkata,
“kau keliru, Pena. kini kami yang akan mengambil peran.
biarkan kami menorehkan apa saja yang kami bisa, semoga
tak kalah dengan para pendahulu kami: Edy, Jamal dan Djaya.”
(2009)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar